Jakarta – Guru Besar PAUD dan Kesejahteraan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, menekankan urgensi pendidikan sosial emosional (Social Emotional Learning/SEL) di sekolah. Dalam Seminar Nasional Konsorsium Pendidikan Islam Internasional, Sabtu (6/9), ia menilai pemulihan pascapandemi belum merata, sementara kasus perundungan, kecemasan belajar, hingga tekanan digital kian meningkat.
Prof. Maila menjelaskan SEL adalah proses sistematis mengembangkan kompetensi intrapersonal, interpersonal, serta pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Konsep ini selaras dengan nilai Islam seperti rahmah, adab, amanah, dan ihsan. “Kurikulum dan budaya sekolah perlu menyeimbangkan head, heart, and hand, agar anak bukan hanya cerdas akademik, tetapi juga tangguh secara sosial emosional,” ujarnya.
Data PISA 2022 menjadi sorotan. Hanya 18% siswa Indonesia mencapai kecakapan minimum matematika, jauh di bawah rata-rata OECD, sementara 25–30% siswa masih mengalami perundungan. Menurut Prof. Maila, hal ini menegaskan perlunya penguatan karakter kolaboratif, empati, dan daya lenting sebagai bekal menghadapi bonus demografi 2030–2045.
Ia mendorong penerapan pendekatan whole-school dengan budaya salam, refleksi, integrasi SEL lintas mata pelajaran, serta pelibatan orang tua. Model pembelajaran ARKA (Aktivitas, Refleksi, Konseptualisasi, Aksi) juga dapat menjadi strategi kelas praktis. “SEL bukan tambahan, tapi inti dari pendidikan untuk membentuk insan berakhlak mulia yang berkontribusi bagi semesta,” tegas Prof. Maila.
Prof. Maila menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan secara etis dalam pendidikan sosial emosional. Teknologi dapat digunakan untuk mood check-in, jurnal refleksi digital, hingga pelacakan kebiasaan sederhana, namun perlu kebijakan literasi digital yang menanamkan empati daring, kesadaran jejak digital, dan anti-hoaks. AI, menurutnya, dapat membantu diferensiasi bahan ajar, tetapi tetap harus melalui penelaahan guru agar tidak menimbulkan ketergantungan dan paparan berlebihan terhadap layar
HSN