KPAI: Jangan Abaikan Hak Pendidikan Pelaku Bullying

gambar : website sekretariat kabinet

Tangerang Selatan – Kasus bullying yang terjadi di SMA Internasional Tangerang Selatan menimbulkan keprihatinan banyak pihak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta hak pendidikan terduga pelaku bullying tidak diabaikan meski mereka sudah dikeluarkan dari sekolah. KPAI juga mengungkap kondisi korban yang masih drop dan butuh pendampingan.

Kasus ini mencuat setelah video yang memperlihatkan aksi kekerasan terhadap seorang siswa beredar di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat sekelompok siswa yang diduga anak komedian Vincent Rompies dan geng Tai menganiaya korban dengan cara menendang, meninju, dan menyeretnya.

Kasus ini sudah ditangani oleh polisi dan beberapa saksi, termasuk terduga pelaku, korban, dan orang tua mereka sudah diperiksa. Polisi juga sudah mengamankan barang bukti berupa video dan ponsel terduga pelaku.

KPAI yang ikut mengawasi kasus ini meminta hak pendidikan terduga pelaku bullying tidak diabaikan. KPAI sudah berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan dan pihak sekolah untuk mencari solusi terbaik bagi terduga pelaku.

“Kami meminta hak pendidikan mereka tidak diabaikan, meski mereka sudah dikeluarkan dari sekolah. Kami juga meminta pihak sekolah untuk memberikan bimbingan dan konseling bagi terduga pelaku,” ujar Komisioner KPAI Bidang Pendidikan Retno Listyarti, Rabu (28/2/2024).

Retno menambahkan bahwa terduga pelaku bullying juga perlu mendapatkan bimbingan dan rehabilitasi agar tidak mengulangi perbuatannya. Menurut Retno, terduga pelaku bullying juga berpotensi mengalami trauma dan stres akibat kasus ini.

“Kami berharap terduga pelaku tidak menjadi korban kedua dari kasus ini. Mereka juga perlu mendapatkan perhatian dan dukungan dari orang tua dan lingkungan sekitar. Kami juga mengimbau agar tidak ada stigma negatif terhadap mereka,” tutur Retno.

Sementara itu, kondisi korban bullying yang bernama Rian masih drop dan butuh pendampingan. Retno mengatakan bahwa korban belum dapat dikunjungi oleh banyak pihak karena masih dalam penyembuhan.

“Korban masih drop dan trauma. Dia masih membutuhkan waktu untuk pulih. Kami juga memberikan perlindungan dan bantuan hukum bagi korban. Kami berharap korban bisa segera bangkit dan melanjutkan pendidikannya,” ucap Retno.

Kasus bullying di SMA Internasional Tangerang Selatan merupakan kasus yang kompleks dan membutuhkan penanganan yang komprehensif. KPAI berharap kasus ini dapat diselesaikan dengan cepat dan adil.

“Kami mengapresiasi langkah polisi yang cepat menangani kasus ini. Kami juga berharap ada koordinasi yang baik antara semua pihak yang terlibat, termasuk sekolah, orang tua, dan masyarakat. Kami berharap kasus ini tidak terulang lagi dan menjadi pelajaran bagi kita semua,” pungkas Retno.

Kasus bullying di SMA Internasional Tangerang Selatan ini juga mendapat tanggapan dari berbagai pihak, termasuk dari kalangan akademisi, aktivis, dan selebriti. Mereka menyampaikan pendapat dan saran mereka terkait kasus ini melalui media sosial dan media massa.

Salah satu akademisi yang memberikan tanggapan adalah Dr. Rizal, seorang pakar pendidikan dari Universitas Indonesia. Menurutnya, kasus bullying ini menunjukkan adanya masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia, khususnya dalam hal pengembangan karakter dan kesejahteraan siswa.

“Kasus ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan kita masih lemah dalam mengembangkan karakter dan kesejahteraan siswa. Sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa untuk belajar dan berkembang, bukan menjadi tempat yang menimbulkan kekerasan dan ketakutan,” kata Dr. Rizal.

Dr. Rizal menyarankan agar pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat bersama-sama berupaya untuk mencegah dan menangani kasus bullying di sekolah. Ia juga menekankan pentingnya pendidikan karakter dan kesehatan mental bagi siswa.

“Pendidikan karakter dan kesehatan mental harus menjadi bagian penting dari kurikulum dan kegiatan sekolah. Siswa harus diajarkan untuk menghargai dan menghormati sesama, serta untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang baik dan bijak. Siswa juga harus mendapatkan dukungan dan fasilitas yang memadai untuk menjaga kesehatan mental mereka,” ujar Dr. Rizal.

Selain Dr. Rizal, aktivis perlindungan anak Seto Mulyadi alias Kak Seto juga memberikan tanggapan terkait kasus bullying ini. Ia mengatakan bahwa kasus ini merupakan bentuk kegagalan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.

“Kasus ini merupakan bentuk kegagalan orang tua dalam mendidik anak-anak mereka. Orang tua harus bertanggung jawab atas perilaku anak-anak mereka, baik di rumah maupun di sekolah. Orang tua harus memberikan contoh yang baik dan memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak mereka,” kata Kak Seto.

Kak Seto juga mengimbau agar orang tua tidak menutup mata dan telinga terhadap kasus bullying yang dialami anak-anak mereka. Ia mengatakan bahwa orang tua harus proaktif dan responsif dalam menangani kasus bullying yang menimpa anak-anak mereka.

“Orang tua harus proaktif dan responsif dalam menangani kasus bullying yang menimpa anak-anak mereka. Orang tua harus segera melapor ke pihak berwenang jika mengetahui anak-anak mereka menjadi korban atau pelaku bullying. Orang tua juga harus memberikan dukungan dan bantuan yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka, baik secara psikologis maupun hukum,” tutur Kak Seto.

Sementara itu, dari kalangan selebriti, salah satu yang memberikan tanggapan adalah komedian Vincent Rompies, yang merupakan ayah dari salah satu terduga pelaku bullying. Ia mengaku menyesal dan minta maaf atas perbuatan anaknya.

“Saya menyesal dan minta maaf atas perbuatan anak saya. Saya tidak mengetahui dan tidak mendukung apa yang dilakukan anak saya. Saya menghormati proses hukum yang sedang berjalan dan siap bertanggung jawab atas apa yang terjadi,” ucap Vincent.

Vincent juga mengatakan bahwa ia akan memberikan bimbingan dan pendidikan yang lebih baik kepada anaknya. Ia juga berharap agar kasus ini tidak merusak masa depan anaknya dan anak-anak lain yang terlibat.

“Saya akan memberikan bimbingan dan pendidikan yang lebih baik kepada anak saya. Saya juga berharap agar kasus ini tidak merusak masa depan anak saya dan anak-anak lain yang terlibat. Saya berharap agar mereka semua bisa belajar dari kesalahan ini dan menjadi pribadi yang lebih baik,” kata Vincent.

Demikianlah tanggapan dari berbagai pihak terkait kasus bullying di SMA Internasional Tangerang Selatan. Diharapkan kasus ini dapat menjadi pelajaran untuk lebih peduli dan bertanggung jawab terhadap anak-anak.
M Zadit Cirebon

Referensi:
KPAI Ungkap Kondisi Korban Bulying di SMA Internasional: Agak Drop. (2024, Februari 27). detikNews.

Views: 61

Leave a Reply